Injil dan Budaya

Pada hari ke-4 dalam 40 Hari Mengasihi Bangsa Dalam Doa ini, kita belajar bahwa hubungan antara Injil dan Budaya. Kedua elemen ini tidak dapat dipisahkan. Dalam kehidupan seseorang, kemanapun dia pergi, atau dimanapun dia tinggal, budaya pribadi tidak dapat dipisahkan. Budaya dapat dikembangkan mungkin, tapi ditidak dapat dirubah.

Cara hidup seseorang dipengaruhi oleh budayanya sendiri. Tuhan menciptakan budaya dan menjadikan bagian hidup manusia ciptaan-Nya untuk menghormati dan menyembah-Nya, sebagai Sang Pencipta, tetapi karen korupsi dosa dalam hidup manusia, budaya pun tercemar dan dibengkokkan oleh pengaruh Iblis. Tapi Allah tidak kalah akal, Allah menyediakan jalan untuk menembus manusia, termasuk budaya, lewat pengorbanan Kristus di Kayu Salib. Rencana Allah adalah segala suku, budaya, bahasa, dan bahasa akan berdiri di hadapan tahta-Nya yang kudus untuk menyembah-Nya.

Berikut adalah ringkasan dari Artikel 40 Hari Mengasihi Bangsa Dalam Doa dan e-DOA:

Kita tidak dapat memisahkan seseorang dari budayanya. Keyakinan, nilai-nilai, busana, makanan, pendidikan, pekerjaan, aktivitas di waktu senggang, sistem pemerintahan, kehidupan rumah tangga, peran pria dan wanita, dan banyak hal lain yang ada dalam budaya. Tuhan kita ingin mengubahkan individual, masyarakat, dan budaya. Orang-orang dari setiap suku dan bangsa suatu hari nanti akan ada di hadapan takhta-Nya (Wahyu 7:9). Bahkan sekarang, orang-orang dari banyak bangsa membawa bahasa unik dan ekspresi budaya mereka untuk menyembah Tuhan alam semesta.

Semua kebudayaan yang baik di seluruh dunia akan ditinggikan oleh hidup baru dalam Kristus. Semua aspek budaya yang tidak benar, jahat, atau tidak utuh akan diubahkan oleh Tuhan kita. Beberapa aspek budaya tidak buruk dan juga tidak baik, hanya berbeda saja (contohnya, beberapa suku bangsa suka nasi sementara yang lain suka roti, beberapa suka kaos dan celana, sementara yang lain lebih suka jubah).

Meski perbedaan religius antara Kristen dan Muslim jelas, terkadang perbedaan budaya dapat menjadi sumber kesalahpahaman dan ketidakpercayaan yang lebih besar. Cara pandang yang berbeda juga dapat menjadi kesempatan untuk saling belajar. Perbedaan budaya bisa saja menghalangi atau memajukan kemampuan kita untuk mewartakan Kristus dan juga kemampuan Muslim untuk menerima pesan kita.

(c) 2011 oleh e-DOA dan “MENGASIHI BANGSA DALAM DOA”